2007-11-15

Mencoret Conteng Mulakan Kembara

Assalamualaikum...

kata-kata aku untuk dikongsi...


"bila tiada kata bisa membezakan yang batil, hanya pelita hati yang takkan khianat pada diri"

selamat malam , kepada pendeta-pendeta maya yang ligat melayari dunia teknologi.
Untuk ke-sekian kalinya aku puas mengerah benak untuk melimpahkan segala isi yang sesuai untuk aku limpahkan di ruang siber ini.Kalau tidak ada pun yang sudi menatap , biarlah hanya aku yang merenung coretan yang ku conteng.Hikmah ada di sebalik semua. Hari ini coretan di conteng , entah esok jadi tauladan dan rujukan. Bermula-lah kembara sebuah cerita , Mencoret Conteng liku hidup ...pelbagai warna dan karenah, kerana itu lumrah hidup di dunia...

Hari ini...15 November 2007
Tiada banyak yang dapat ku kongsi , privasi jua menjadi ke-utamaan diri.
"Roda kehidupan seperti biasa, sudah termaktub dalam rutin 3 hingga 4 tahun kebelakangan ini. Bangun awal , seawal 5.30 kekadang atau terlewat dari waktu seharusnya Solat didirikan.Menyiapkan diri untuk kerja , sehari suntuk mengerah kudrat agar imbuhan diterima di penghujung bulannya.Di waktu kerja , bergurau senda dan bertukar cerita menjadi penghibur untuk menghilangkan rasa letih "
Adakah coretan sebegitu yang hendak di baca oleh semua orang? Sudah tentu ada yang rasa kurang senang dan meluat.Walau itu kebenaran dan batilnya...

Semua orang punya fantasi... dan impian... yang belum pasti menjadi realiti.
dan dari itu aku mulakan sebuah coretan fantasi , sebuah kisah... dan itu bukan aku
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
ANDAINYA KU TAHU

15 November 2007
Tanjung Aru , Sabah

Malam ini hujan renyai , guruh berdentum dan kilat saling sabung menyabung. gelintar cahaya kekadang menerangi kawasan ini. Jalan yang aku lalui tadi sedikit berair , tapi aku redah jugak . Entahlah apa yang bermain di fikiran aku skarang neh. Aku membiarkan diriku basah dengan air hujan. Aku memandang ke langit , “adakah memang tiada bintang di kala hujan merobek langit?” adakah itu simbolik pertanyaanku kepada diriku sendiri. “Adakah memang Kejayaan itu memang tiada di waktu bencana dan kesusahan melanda?”. Aku meneruskan langkahku … lemah menuju ke tempat duduk berdekatan. Hanya terdapat beberapa kelibat pengunjung di Pantai Tanjung Aru yang sedang menjamah hidangan di restoran berdekatan , ada sebilangan daripadanya kelihatan seperti pelancong dari luar Negara. Aku dapat melihat sesekali pandangan mereka teralih kepada ku. Ada di antaranya yang menggeleng-gelengkan kepala. Barangkali hairan dengan tingkah ku.

Aku mengarahkan pandanganku ku ke arah laut . Hujan yang turun semakin lebat, bunyi hujan yang mencurah dan ombak yang menghempas pantai menenangkan jiwaku, air hujan yang menitis dan membasahi tubuhku melegakan gelora di hatiku. Aku tunduk sambil merenung tangan kananku yang masih berbalut.

Maaf encik , rakan encik , beliau mengalami pendarahan dan kecederaan yang serius. Kami tidak dapat melakukan pembedahan kerna itu akan menambahkan lagi risiko kepada perkara yang lebih teruk. Buat masa ini , mangsa dalam keadaan kritikal dan masih koma , dan kami jangka dia akan terus koma sehingga kecederaan yang beliau alami beransur pulih. Walaubagaimanapun semua itu bergantung kepada kekuatan dari si mangsa...“ Doktor itu memberitahu aku tentang nasib Wawa ,sambil dia memberikan suntikan kepada aku, suntikan nya itu tiada terasa oleh aku.

“ Tapi doktor , dia akan selamat bukan“ .. aku cuba untuk tidak membayangkan kejadian yang lebih buruk berlaku kepada Wawa...

“ Insya-Allah...“ Doktor itu menjawab pertanyaan ku dengan senyuman sambil dia berlalu pergi...

ya , aku tahu , aku perlu pasrah dengan dugaan nya ini

Tiba tiba aku mendengar jeritan dan riuh rendah di luar wad

“ Saya tak kira ! Saya nak masuk jugak!“ , serentak dengan itu pintu bilik rawatan terbuka mengejut dan pintu itu menghempas dinding. Saif yang meluru masuk menghampiri aku ...

“Bedebah!“ , sekilas tumbukan Saif , tepat mengenai pipi sebelah kanan ku, dan sekali lagi tumbukan kali keduanya padu mengena pipi sebelah kiriku dan waktu itu jugalah kepala aku terpaling dan darah tersembur keluar. Kepala aku yang berbalut terasa berat , pandanganku kabur , dan suara yang aku dengar semakin menghilang...perlahan...hilang...

bersambung.....

(tamat - episod pengenalan)

0 ulasan pada :“ Mencoret Conteng Mulakan Kembara ”

Blog Widget by LinkWithin